Senin, 04 April 2016

CERITA SI KELINCI DAN SI KURA-KURA

SI KELINCI DAN SI KURA-KURA




Pagi hari yang indah di rimba kaki bukit, mega-mega terlihat cerah, dan baskara bersinar terang sekali.


Hasil gambar untuk kelinci dan kura-kura animasi“DUDUDU….DUDUDU…~” Terlihat si Kura-kura sedang asik berdendang sambil menikmati alam.

“AHHHH…. Segar sekali udara pagi ini” Si Kura-kura tersenyum menelusuri pinggir sungai yang sejuk.

Karena begitu indah dan permai alam ciptaan kuasa, Si Kura-kura makin asik saja menikmati alam yang segar di pagi ini.




Tak beberapa jauh dari pinggir sungai nampak si Kelinci sedang berlari dan melompat-lompat cepat.
“Ah.., bagaimana kalau aku berlari saja menelusuri sungai, mumpung aku bersemangat” Bisik dalam hati si Kelinci. 

Si Kelinci pun bergerak cepat kearah sungai yang jernih di tengah rimba yang indah.

“WESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSHHHHHHH” Hempasan angin saat si Kelinci berlari di pinggiran sungai.

“OHH TIDAAAK !!! MINGGIR KAU KURA-KURA!!!” Tiba-tiba si Kelinci kaget melihat si Kura-kura sedang berjalan menghalangi lari si Kelinci.

Si Kura-kura bergegas masuk tempurung takut si Kelinci yang cepat menabraknya.

“CYIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT” Si Kelinci mengerem langkah kakinya.

“HUUUUUUU….Kau nyaris saja menabrak ku Kelinci” Perasaan lega keluar dari si Kura-kura.

“DASAAR KAU KURA-KURA LAMBAT ! MENGHALANGI AKU SAJA KAU !” Bentak si Kelinci kepada si Kura-kura.

“Maafkan aku Kelinci, aku sungguh tak tau kau akan berlari ke arah ku” Si Kura-kura meminta maaf kepada si Kelinci.

“SUDAH LAMBAT !! MATA MU PUN TAK BISA MELIHAT !” Bentak si Kelinci lagi.

“Hei Kelinci aku kan sudah minta maaf pada mu, memang apa sih mau mu?” si Kura-kura bertanya.

“hmmmmm…… bagaimana kalau aku membuat Kura-kura malu saja dengan ku ajak dia bertanding lari dengan ku” Bisik di hati si Kelinci mulai menyusun rencana.

“HEI KURA-KURA ! BAGAIMANA KALAU KITA BERTANDING LARI SAJA ! DI HADAPAN PENDUDUK RIMBA!” Si Kelinci menantang dengan penuh percaya diri.

“Taaa…pppi… bukankah itu tak adil untuk ku?” Si Kura-kura sadar diri tak mungkin mengalahkan lari si Kelinci.

“OOOH JADI KAU TAKUT DENGAN KU ?!” Si Kelinci semakin menantang.

“Baiklah akan ku turuti tantangan mu, tapi aku mau harus ada seorang juri dalam pertandingan ini” Akhirnya si Kura-kura pun menyetujui tantangan si Kelinci.

“Baik ! ayo kita cari jurinya !” Si Kelinci mengajak si Kura-kura untuk melangkah.

Si Kelinci dan si Kura-kura pun melangkah menelusuri rimba, mencari juri untuk pertandingan mereka.


Tak beberapa jauh dari pinggir sungai yang jernih, nampak si Kancil sedang bersantai di bawah pohon yang besar dan rindang.

“HMMMMMMMM……~” Si Kancil menikmati ke sejukan sampai terkantuk.

Tak beberapa lama waktu di dekat si Kancil munculah si Kelinci dan si Kura-kura.

“WAH ! lihat itu , bukankah itu si Kancil ?” Si Kelinci menunjuk kea rah pohon besar yang rindang.

“Iya benar, itu si Kancil” Si Kura-kura yang sedang menegaskan pandangannya pun melihat si Kancil.

“AYO ! kita suruh saja dia jadi juri pertandingan kita” Si Kelinci bersemangat mengajak si Kura-kura.

Akhirnya si Kura-kura dan si Kelinci menghampiri si Kancil yang sedang tertidur di bawah pohon yang rindang.

“Permisi, hei Kancil, bangunlah cil !” Si kelinci membangunkan si Kancil.

“EEEH… IYA, oh rupanya kalian, ada apa membangunkan ku?” Si Kancil akhirnya bangun.

“Begini Cil, Apa kau mau jadi juri pertandingan kami?” Tanya si Kelinci.

“Boleh saja, memangnya pertandingan apa?” Si Kancil yang masih kebingungan oleh maksud kedatangan si Kelinci dan si Kura-kura.

“Aku dan si Kura-kura akan bertanding lari besok pagi” Si Kelinci menjelaskan yang di maksud.

“AH..! Bukankah itu tak adil ?!” Si Kancil kaget karena tau bahwa si Kura-kura tak mungkin menandingi kecepatan si Kelinci.

“Tidak apa-apa Cil, bukankah kalah dan menang itu sama baiknya?” Si Kura-kura akhirnya angkat bicara.

“Iya, Yasudah dimana besok kalian akan bertanding?” Si Kancil pun menyetujui permintaan si Kelinci dan si Kura-kura.

“Di mulai dari sini saja Cil ! nanti kami akan mengitari bukit dan pemenangnya adalah siapa yang pertama kali sampai disini” Si Kelinci menjelaskan peraturan pertandingan besok.

“Aku setuju !!!” Si Kura-kura pun setuju.

“Yasudah, kalau begitu besok sebelum matahari terbit sudah di sini!” Si Kancil pun jadi semangat.

“Okeh Cil, oh iya jangan lupa beritahukan kepada seluruh penduduk yan Cil !” Si Kelinci dengan percaya diri menyuruh penduduk menonton pertandingan lari antara si Kura-kura dan si Kelinci.

“Baiklah, aku akan segera memberitahukan semuanya” Si Kancil pun bergegas bangun.

Mereka pun pergi dan semakin tak sabar untuk pertandingan besok pagi.


Perlahan-lahan sang candra pun menghilang hampir tergantikan baskara, kicau burung merdu menyambut pagi di rimba kaki bukit yang indah permai. Si Kelinci dan Si Kura-kura bergegas segera untuk pertandingan lari. Setelah sampai di tempat pertandingan sudah terlihat ramai penduduk hutan.

“Rasakan Kura-kura, kau akan di permalukan oleh kekalahan ku” Bisik dalam hati si Kelinci.

“Baik apakah kalian sudah siap memulai pertandingan ini?” Si Kancil bertanya kepada si Kelinci dan si Kura-kura.

“SIAAAAAP !” Si Kelinci bersemangat.

“SIAAP CIL!” Si Kura-kura pun bersemangat.

Si Kelinci dan si Kura-kura pun dalam posisi sejajar di garis start atau mulai.

“SATU….. !!! DUA……!!! TIGA………!!!” Penduduk serentak memberikan aba-aba mulainya pertandingan.

Si Kura-kura mulai melangkah, tetapi si Kelinci malah asik saja mengunyah wortel. Ketika si Kura-kura sudah terlihat menjauh, Si Kelinci lalu menghampiri si Kura-kura. Si Kelinci menyombongkan diri mengimbangi langkah si Kura-kura dengan berjalan.

“HEI KURA-KURA ! KAU ITU TAK MUNGKIN MENANG!” Si Kelinci menyombongkan diri.
Si Kura-kura tak menghiraukan si Kelinci . 

Si Kura-kura nampak begitu semangat meskipun dia sadar bahwa tak akan mampu menandingi kecepatan si Kelinci.


Sudah hampir setengah hari pertandingan  berlangsung, tak beberapa jauh lagi garis finish atau garis akhir sudah tercapai. Si Kelinci masih saja mengimbangi langkah si Kura-kura. Sementara awan hitam datang memayungi sekitar bukit, Gemuruh pun terdengar.

“Wah mereka sudah mulai terlihat, tapi nampaknya akan turun hujan” Si Kancil berkata kepada penduduk rimba.

Penduduk rimba pun sibuk membuat teteduhan di dekat garis finish. Tiba-tiba saja hujan turun begitu deras. Suara gemuruh kian bersahutan, para penonton pertandingan pun berteduh.

“Wah sial hujan turun, aku harus lekas ke garis finish untuk berteduh kalau tidak aku bisa basah kuyup” Si Kelinci pun berlari menelusuri kabut yang gelap.

Sementara si Kura-kura berteduh di dalam tempurungnya, Si Kura-kura nampak tenang dan santai menunggu hujan reda untuk melanjutkan pertandingan, walaupun entah si Kelinci sudah sampai garis finish atau belum.


Tak ada setengah jam hujan pun reda, si Kura-kura pun melanjutkan pertandingan.

“Aku harus kuat !” Si Kura-kura dengan semangat melangkah.
Garis finish pun sudah semakin terlihat.

“AYOOO !!! KURA-KURA AYOOOOO!!!” Penduduk rimba bersorak memberikan semangat kepada si Kura-kura.

Akhirnya si Kura-kura sampai di garis finish.

“HOREEEEEE ! KURA-KURA SANG JUARA!” Si Kancil dan penduduk berteriak kencang.
telah mendahuluinya.

“TUNGGGGGGGUUUUUUU!!!!!!” Tiba-tiba saja si Kelinci datang di tengah kegembiraan kemenangan si Kura-kura.

“Lah dari mana saja kau Kelinci, baru sampai garis finish?” Tanya si Kancil kepada si Kelinci yang baru datang.

“Ini tak adil ! saat hujan tadi si Kura-kura besembunyi di tempurungnya, sedangkan aku berlari basah kuyup, tak melihat garis finish karena kabut” Si Kelinci merasa tercurangi.

“Bukankah ini adil, kecepatan lari mu dengan Kura-kura, kau kan lebih cepat Kelinci” Si Kancil mencoba menengahi.

“Iya justru itu, akulah pemenangnya !” Si Kelinci menyombongkan diri.

“WOOOOOOOHH…….WOOOOOOOOOHHH… DASAR KELINCCCCII TAK MENERIMA KEKALAHAN” Penduduk bersorak memprotes ulah si Kelinci.

“Sudahhhhhh….!!! Biarkanlah si Kelinci jadi juaranya, aku tidak menginginkan menjadi juara” Si Kura-kura menengahi sambil mengelus pundak si Kelinci yang nampak malu.

“Maafkan aku Kura-kura, aku telah sombong ingin mempermalukan mu” Si Kelinci pun menangis memeluk si Kura-kura.

“Yasudah, sudah aku maafkan” Si Kura-kura tersenyum.

“Semuanya inilah pelajaran buat kita semua, bahwa setiap makhluk punya kelebihan dan kekurangan sendiri untuk itulah kita tak boleh sombong” Si Kancil yang terharu dengan bijak berkata.


Hari pun berganti, si Kura-kura dan si Kelinci pun hidup saling mengerti kelebihan dan kekurangan satu sama lain, Mereka pun hidup rukun dan bahagia bersama tanpa saling menyombongkan diri.


~SEKIAN~

PEMERAN CERITA :
-SI KELINCI
-SI KURA-KURA
-SI KANCIL
-PENDUDUK HUTAN










Minggu, 27 Maret 2016

KERBAU LUGU DAN BUAYA YANG LICIK.

KERBAU LUGU & BUAYA YANG LICIK.



Pada suatu pagi yang cerah, sejuk dan hangat menyelimuti hutan di kaki bukit yang indah, di aliran sungai yang jernih terbiaskan oleh cahaya matahari.
Hasil gambar untuk gambar animasi buaya dan kerbau
“BRRRRRUUUUUUUKKKKK…!!!” Tiba-tiba terdengar suara keras dari pinggir sungai yang melintasi hutan.
“ADUUUUUUUUH….! TOLOOOOOOOONG ….!” Ternyata si Buaya yang sedang asik berjemur di pinggir sungai, tertimpah batang pohon yang begitu besar.

“HU..UUUU…HUUU..UUU TOLONG AKU” si Buaya merengek menahan sakit.


Sungai jernih sangat bermanfaat bagi seluruh kehidupan, banyak yang mengambil air sungai yang jernih itu untuk minum.

“AAAAAAAAH…. SEGAAAAAAAR” si Kerbau merasa dahaganya hilang setelah meminum air sungai itu.

“TOLOOOOONG…. TOLOOOOOONG AKU!” si Kerbau yang hendak pergi setelah minum air sungai itu tiba-tiba terkejut setelah mendengar terikan minta tolong.

Si Kerbau bergegas menyelusuri pinggir sungai dimana tempat suara itu berasal.

“KERRRBAAAU AKUUU DISINIII, TOLONG AKUUUUUUUU KERBAAAAUU!” si Buaya melihat Si kerbau, bergegas si Buaya meminta bantuan pada si Kerbau.

“Apa yang kau lakukan Buaya?” si Kerbau kebingungan setelah melihat si Buaya yang di punggungnya tertimpah batang kayu yang besar.

 “JANGAAAN KEBANYAKAAN NANYAA…! CEPAAAAAT KAU BANTU AKU….!” Si Buaya membentak si Kerbau.

“Aku tidak mau!” si Kerbau nampak kesal.

“Kerbau yang baik, tolong bantu aku, tadi aku sedang berjemur disini tiba-tiba batang pohon menimpah ku” si Buaya merayu si Kerbau.

“Kenapa batang pohon itu mau menimpah kau buaya?” si Kerbau bertanya dengan pertanyaan bodoh.

“IHH DASAR KERBAU BODOH!” bisik dalam hati si Buaya.

“Mungkin aku tidak boleh berjemur di sini oleh pohon di pinggir sungai ini” si Buaya mencoba membodohi si Kerbau.

 “DASAAR POHON SERAAKAAH !” si Kerbau berteriak dengan bodoh.

 “Yasudah cepat kau bantu aku, angkat kayu yang menimpah ku” si Buaya  nampak begitu menahan sakit.

 “HMMMM…. Tapi nanti kalau aku membantu mu, apa kau akan memakan ku?” si Kerbau dengan lugu bertanya.

“TIDAAAK AKAN! ADUUH… CEPAT BANTU AKU…. AKU MERASA SAKITT!” si Buaya 
sudah tak tahan lagi.

 Akhirnya si Kerbau tak tega dengan keadaan si Buaya. Si kerbau pun mulai membantu si Buaya.


 Akhirnya kayu besar yang menimpah si Buaya mulai diangkat si Kerbau dengan tanduknya.

“SATUUU….! DUA….! TIGAA….! AHHH…” hitungan si Kerbau.

“Akhirnya kayu ini terangkat juga” dengan perasaan lelah dan senang akhirnya si Kerbau menaruh kayu besar itu di samping si Buaya.

“Terima kasih Kerbau, kalau tidak ada kau aku mungkin bisa terbujur kaku” si Buaya nampak senang. 

“Iya sama-sama Buaya, aku hendak pergi dulu ya” si Kerbau pamit pergi .

“Tunggu dulu Kerbau, aku ingin mencium kaki mu sebagai ucapan terima kasih” tiba-tiba Buaya menghalangi si Kerbau yang hendak pergi.

“Baiklah, kalau mau kau begitu Buaya” si Kerbau pun menyodorkan kakinya ke si Buaya. 

“HAAAAT….! Bodoh sekali kau Kerbau, aku akan memakan daging mu yang lezat ini” Tiba-tiba si Buaya menggigit kaki si Kerbau.

“TOLOOOOONG LEPASKAN AKU BUAYA!... UUUH..UUU..UUUHH” si Kerbau meminta si Buaya melepaskan cengkraman mulutnya di kaki Kerbau.

 Kerbau nampak ketakutan dan si Buaya nampak begitu ingin makan.


Matahari semakin panas, di pinggir sungai yang jernih terlihat si Kancil sedang berjalan. 

“Uhhh… sejuk sekali disini” si Kancil meminum air sungai yang jernih.

“AHHHHH…. Segaar” seusai si Kancil menenggak minum.
Tiba-tiba saja si Kancil melihat sesuatu di pinggir sungai dari kejauhan.

“Bukankah itu si Kerbau ? sedang apa dia? Lebih baik aku kesana!” si Kancil binggung setelah melihat si Kerbau yang nampak aneh di pinggir sungai.

Kancil bergegas kearah si Kerbau.


Si Buaya enggan melepaskan kaki si Kerbau.

“Jangan seret aku ke dalam sungai Buaya! Tolong lepaskan aku! Huu..uu..uuh” si Kerbau merengek ketakutan karena dia akan menjadi santapan si Buaya.

“AYOO ! PASRAAH SAJA KAU KERBAU BODOH ! INILAH HUKUM RIMBA !” si Buaya menyeret si Kerbau untuk turun ke dalam sungai.

“TUNGGGGGUUUUU !” tiba-tiba ada teriakan yang mengarah ke Kerbau dan Buaya.

“Hei Buaya ,mau kau apakan si Kerbau ?” ternyata suara itu tak lain adalah suara si Kancil.

“Ini bukan urusan mu ! Aku hendak memakan si Kerbau” Si Buaya berteriak.

Si Kancil bingung, si Kancil kasihan sama si Kerbau tetapi dia juga kasihan kepada si Buaya karena terlihat lapar.

“Cill ! tolong aku ! tadi Buaya berjanji tak memakan ku tapi dia telah ingkar cil” si Kerbau meminta bantuan Kancil.

“Memang bagaimana ceritanya?” si Kancil meminta di jelaskan.

“Tadi aku melihat Buaya tertimpah dahan kayu besar, dia lalu meminta bantuan ku, tapi dia berjanji tak akan memakan ku, tapi setelah ku bantu dia malah ingin memakan ku” si Kerbau menjelaskan itu pada si Kancil.

“Benar begitu Buaya?” si Kancil minta penjelasan dari si Buaya.

“Iya benar Cil ! Tapi ini kan memang hukum alam Cil, aku kan pemakan daging” si Buaya ikut menjelaskan. 

“Yasudah coba kita ulang lagi kejadian tadi agar aku lebih mengerti” si Kancil mencoba di jelaskan dengan kejadian ulang.

“Baik Cil, aku akan peragakan ulang kejadian” si Buaya melepaskan kaki si Kerbau dari cengkraman. 

“Begini Cil kejadiannya, cepat kau taruh kayu besar itu di punggung ku Kerbau!” si Buaya menjelaskan kejadian ulang.

“BRRRRUUUUKK…” kayu besar pun menimpah si Buaya untuk kedua kalinya.
               

Setelah dengan posisi kayu menimpah punggung si Buaya , si Buaya dan si Kerbau pun menceritakan kejadian kronologisnya.

“Benar begini Kerbau?” Tanya Kancil kepada Kerbau.

“Benar Cil” jawab Kerbau.

“Yasudah, ayo kita tinggalkan saja si Buaya disini” si Kancil mengajak si Kerbau untuk meninggalkan si Buaya.

“HEIII ! JANGAN KURANG AJAR KALIAN ! CEPAT BANTU AKU !” si Buaya nampak kesal karena ulah si Kancil.

“Hei Buaya! , kalau kau hendak mencari makan, kau harus usaha dulu, jangan hanya bisa membohongi” si Kancil berkata dengan tenang.

“Tadi aku juga sudah berusaha Cil!” si Buaya membela diri.

“Tapi kau tidak tau rasa terima kasih karena Kerbau telah membantu mu!” si Kancil dan si Kerbau pun berjalan menjauh dari Buaya.

“TUNGGGGGGGUUUUU ! AKU MINTAAAA MAAAF ! TOLONG LEPASSSKAN AKUUU!” si Buaya berteriak kepada si Kancil dan si Kerbau yang hendak meninggalkannya.

Karena si Kancil dan si Kerbau tak tega terhadap si Buaya, akhirnya mereka pun kembali untuk menolong si Buaya.

“Tapi kau harus berjanji dulu Buaya, kau tidak boleh licik lagi” si Kancil menyuruh si Buaya untuk tidak licik lagi.

“Baiik, aku berjanji” si Buaya pun berjanji.

Si Kerbau memindahkan batang dahan yang besar dari punggung si Buaya.

“Maafkan aku Kerbau, aku tak tau rasa terima kasih” si Buaya merengek meminta maaf.

“Ya ,sudah aku maafkan” si Kerbau tersenyum.

“Terima kasih untuk kalian berdua yang telah membantu ku” si Buaya mengucapkan terima kasih. 

“Iya sama-sama Buaya, kau harus selalu ingat janji mu, karena Tuhan selalu benci pada orang yang ingkar janji” si Kancil mengingatkan si Buaya.

“Baik cil, untuk kalian kalau mengambil minum di air sungai ini kalian pasti aman, itu balasan untuk kalian.”si Buaya membalas jasa  si Kancil dan si Kerbau.

“Yasudah, kami hendak meninggal kan kau Buaya” si Kancil pamit.

 “Yasudah, hati-hati ya” si Buaya pun menyebur ke sungai yang jernih.

Untuk itu kita jangan menjadi licik dan ingkar janji, karena tuhan maha tau dan membenci orang licik dan ingkar. Jangan lah kita menjadi bodoh seperti kerbau yang mau saja memberikan kakinya pada si Buaya. Itulah makna yang terkandung dari cerita di atas.



~TAMAT~

PEMERAN DALAM CERITA : 
-SI BUAYA
-SI KERBAU
-SI KANCIL
    

Kamis, 24 Maret 2016

KOKOK PAK AYAM DAN KICAU SI MURAI SOMBONG

KOKOK PAK AYAM DAN KICAU SI MURAI SOMBONG

Hasil gambar untuk ANIMASI AYAM BERKOKOK
Pada suatu hari yang cerah, Matahari yang baru terbit di tengah hutan kaki bukit yang begitu indah. Hiduplah Ayam jantan yang gagah walaupun usianya nampak sudah tua.

“KUKURUYUUUUUUK….KUKURUYUUUUUUK…” Pak Ayam melantangkan suaranya yang keras sampai terdengar keseluruh isi hutan.

 “Selamat pagi pak Ayam”  Si kancil yang kebetulan melintas menyapa pak Ayam.

 “Pagi Kancil, hendak mau kemana kau hari ini?” .

 “Aku hendak berjalan-jalan saja pak Ayam, sekaligus menikmati pagi yang cerah ini” .

 Perbincangan Kancil dan pak Ayam pun berlangsung singkat si Kancil akhirnya pergi meninggalkan pak Ayam.


Pagi yang cerah di antara deretan pepohonan yang rindang. Tampak burung Murai terbang dari dahan ke dahan dan tak lupa dia berkicau. Tiba-tiba burung Murai menghentikan kicaunya yang indah itu.

 “Pasti ini ulah Ayam tua itu! Uh Kokoknya mengganggu kicau ku sajai!” Jengkel Murai yang tadi mendengar kokok dari pak Ayam.

“Aku akan protes pada Ayam tua itu, agar menghentikan kokoknya yang serak itu!” Murai pun mengepakan sayapnya dan terbang jauh untuk mencari pak Ayam.


Hutan yang rindang yang sedang dinikmati si Kacil.

,“Lalalala….~ Pagi ini cerah sekali ~   OH IYA AKU SAMPAAI LUPA!, aku kan mau memberikan pak Kera apel yang aku panen kemarin” Si Kancil yang riang pun memutar arahnya kembali, karena merasa ada yang terlupa untuk di bawa.

 Kancil berlari menelusuri tempat yang ia lewati tadi. 

“Hei Kancil ! Apa kau melihat pak Ayam?” Tiba-tiba seekor burung menyegat si Kancil.

“Oh ternyata engkau Murai, iya aku tadi bertemu pak Ayam, memang ada apa?” Jawab Kancil yang tadi sempat kaget.

“Aku ada urusan dengan pak Ayam ,Cil. Bisa kau antarkan aku?”.

“Oh tentu bisa, kebetulan tujuan kita searah”.

“Ayo Cil !”.

 Kancil dan Murai pun berjalan bersama dengan terburu-buru.



 Setelah tak berapa jauh si Kancil dan si Murai sampai ke tempat pak Ayam.

“PAK AYAAAM… PAK AYAAM!” Kancil berteriak memanggil pak Ayam.

 “Ada apa Cil?” pak Ayam pun keluar dari semak-semak.

“Ada yang datang mencari mu”.

“Siapa cil?”.

”Pak Ayam akulah yang mencari mu” tiba-tiba Tanya jawab antara Kancil dan Pak Ayam di potong oleh Murai.

“Oh rupanya engkau yang mencari ku, Hendak apa kau mencari ku Murai?”.

 Kancil yang terburu-buru memotong pembicaraan antara Pak Ayam dan Murai .

“Pak Ayam, Murai, aku izin pergi ya, aku ada urusan sedikit”.

 “Oh silahkan Cil, terima kasih telah mengantar ku” jawab Murai.

 “Yasudah, hati-hati Cil” jawab Pak Ayam. Kancil pun bergegas meninggalkan Pak Ayam dan Murai.



 Sementara Kancil terlihat menjauh, Pak Ayam dan Murai pun melanjutkan pembicaraan.

“Ada apa Murai, kau mencari ku?” Tanya pak Ayam .

 “Hei pak Ayam, suara kokok mu telah mengganggu ku!” Jawab Murai yang jengkel.

“Maafkan aku Murai kalau suara kokok ku mengganggu mu” Pak Ayam menunduk meminta maaf.

“Lebih bagus suara kicau ku dibanding suara kokok mu itu pak Ayam !” Murai menyombongkan diri.

“Iya, sekali lagi maafkan aku Murai, memang benar suara kicau mu lebih bagus di banding suara kokok ku yang telah termakan usia ini” Pak Ayam nampak mengalah.

“Baguslah ! kalau kau telah sadar diri, lebih baik kau istirahat saja Pak Ayam jangan kau berkokok lagi!” .

“Baiklah Murai jika itu jalan yang terbaik, aku akan berhenti berkokok lagi” Pak Ayam nampak semakin sedih karena baru kali ini kokoknya dianggap mengganggu makhluk lain.

“Yasudah Pak Ayam, aku pergi, Tapi awas kalau suara kokok mu masih terdengar lagi! Mungkin bukan aku saja yang protes pada mu tapi seluruh penduduk hutan ini!” Murai terdengar mengancam dan bergegas meninggalkan pak Ayam seorang diri.


 Pak Ayam nampak murung setelah dapat protes dari si Murai.

“Aku tak menyangka bahwa kokok ku telah mengganggu makhluk lain di hutan ini” Bisik dalam hati pak Ayam yang sendari tadi gelisah dan sedih.

“Hei pak Ayam !, apa yang kau lakukan?” tiba-tiba terdengar suara memanggil.

“Oh rupannya kau Kancil, apa sudah kau selesaikan urusan mu?”.

“Urusan ku sih sebenarnya belum selesai, kau kenapa nampak begitu sedih pak Ayam?” Kancil yang penasaran bertanya.

“hhmmmm… tidak apa-apa Cil, aku hanya sedang merenung saja” Pak Ayam nampak menutupi kesedihan.

 “Oh yasudah Pak Ayam, aku ada sedikit apel untuk mu, siapa tau bisa meredakan kesedihan mu pak Ayam” Ledek Kancil mencoba menghibur hati pak Ayam.

 “Terima kasih banyak Cil” Pak Ayam nampak tersenyum.

 “Yasudah pak Ayam aku pergi dulu, aku hendak mau memberikan beberapa apel kepada pak Kera”

“Yasudah Cil, engkau memang baik Cil, hati-hati di jalan Cil”.

 “Iya sama-sama pak Ayam”. Kancil pun bergegas menuju kerumah pak Kera karena hari sudah mulai panas.


Angin meniup kencang, baskara tergantikan candra, pagi pun terulang lagi. Hutan yang luas dibawah kaki bukit penuh dengan keindahan.

“Aduuuuuuh……! Aku kesiangan! Tumben sekali Pak Ayam tak membangunkan ku dengan kokoknya” Kancil yang bangun kesiangan bergegas menuju sungai untuk mandi.

“BYUUUUURRRR……..” Sungai yang jernih memecahkan air ke badan si Kancil.

“Aku harus menemui pak Ayam ! aku takut dia kenapa-kenapa!” Si Kancil merenung khawatir karena baru tumben kali ini pak Ayam tak berkokok. Akhirnya Kancil pun bergegas menuju tempat pak Ayam berada.


Pagi yang akan menjelang siang hari menyelimuti belantara indah.

“BRUUUUUKKKKK…!” Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari sebuah pohon yang berada di tengah hutan.

“ADDDUUUUHH….! SAKIIIIIIIT……!” Ternyata itu suara burung Murai yang terjatuh saat tertidur.

“ASTAGAAAAAA! JAM BERAPA INI?!” Burung Murai kaget dengan mata melotot kearah langit.

“Aku harus bergegas , untuk menjalankan aktifitas jadwal berkicau ku!”
 burung Murai bergegas ke batang pohon yang berlubang yang terdapat genangan air untuk mandi.

Burung Murai asik mencuci bulu-bulu indahnya tetapi dia terlihat terburu-buru mungkin karena dia bangun kesiangan.

“Tumbeen sekali aku kesiangan, apa mungkin aku kelelahan kemarin?” burung Murai bertanya pada diri sendiri.

“Ah yasudahlah aku bergegas saja mencari makan dan berkicau!” Akhirnya burung Murai terbang meninggalkan tempat dia mandi.


Si Kancil nampak sudah terlihat segar karena sudah mandi.

“Aku harus menemui pak ayam !” Kancil berkata dalam hati sambil melangkahkan kakinya dengan cepat.

“Hei Kancil !” ada suara yang memanggil.

“Oh rupanya engkau Kelinci, ada apa?” jawab Kancil yang mengetahui ada si Kelinci .

“Apa kau melihat pak Ayam Cil?” .

“WAH! Aku juga hendak mencari pak Ayam , memang ada urusan apa kau?”.

“Begini Cil aku tadi bangun kesiangan karena pak Ayam tak berkokok, jadinya aku lupa menyiram wortel-wortel ku tadi pagi, makanya aku mau protes sama pak Ayam , Cil”.

 “Oh begitu , aku juga kesiangan, ayo kita cari pak Ayam.”


Dahan yang bergoyang karena lompatan burung Murai yang sedang berkicau.

“Wah ada apa nih? Kenapa penduduk hutan berbondong –bondong berjalan bersama” Murai yang sedang melompati dahan-dahan terkejut melihat penduduk hutan .

“HEI SEMUA! Kalian hendak kemana beramai-ramai begini?” Tanya Murai bertanya pada penduduk hutan.

“Kami hendak mencari pak Ayam ! Karena pak Ayam tak berkokok kami jadi kesiangan!”.

“Oh begitu, yasudah lanjutkan perjalanan sana!” Murai pun bergegas pergi.

“Jika benar aku kesiangan karena pak Ayam tak berkokok, berarti ini semua salah ku” Murai nampak cemas dan bersalah karena ulahnya banyak yang dirugikan termasuk diri Murai sendiri.


Matahari hampir duduk di atas kepala.

“Kancilllll ! Tungguuuu!” Tiba-tiba si Murai berteriak setelah melihat Kancil sedang berjalan bersama Kelinci.

“Pagi Murai, Ada apa Murai ? pagi begini kau telah menghentikan langkah ku” .

 “Be..beee..beginii Cil, Ini gawwaaat ! aku mau minta bantuan mu Cil?” Murai yang tampak tegang meminta bantuan Kancil.

 “Bantuan untuk apa Murai?” .

 “Aku mau ngomong empat mata Cil sama kamu”.

“Yasudah, maaf Kelinci sebaiknya aku membantu Murai dulu, jadi kau bisa lanjutkan perjalanan sendiri” Kancil memberi saran agar Kelinci melanjutkan perjalanan.

 “Okey Cil, tidak apa-apa kok, aku tinggal ya Cil,Rai”  Jawab Kelinci yang segera meninggalkan Murai dan Kancil.


 Si Kancil dan si Murai melanjutkan perbincangan mereka.

“Sebenarnya ada masalah apa kau Murai?” Kancil penasaran dengan masalah Murai.

 “hmmm… begini Cil apa kau tadi bangun kesiangan?”.

 “Iya benar! Bagaimana kau bisa tau, Murai?”.

 “Apa karena pak Ayam tak berkokok tadi pagi?” Murai mulai menunduk karena merasa bersalah.

"Iya benar sekali, aku dan Kelinci tadi juga hendak mencari pak Ayam , kami hendak menanyakan ada apa dengan pak Ayam?” .

”CIIIIIILLL…. MAAFKAN AKUUU! Semua ini gara-gara aku Cil, menyuruh pak Ayam untuk berhenti berkokok Cil” Murai mulai menangis karena bersalahnya.

“Kenapa kau begitu tega Murai?”.

“Maafkan aku Cil, aku pikir kokok pak Ayam itu mengganggu, tapi aku sungguh menyesalinya Cil, sungguuuh!” Murai nampak semakin sedih.

 “Yasudah kau jangan sedih, sedih tak akan menyelesaikan masalah, ayo kita cari pak Ayam dan meminta maaf pada pak Ayam” Kancil memberikan semangat pada Murai.

 “Ayo, Cil kita harus menemukan pak Ayam!”. Murai dan Kancil pun bergegas mencari pak Ayam.


Siang hari telah menjelang di hutan yang indah itu, Tampak si Kancil dan si Murai kelelahan, karena baskara semakin panas.

“Cil ! ITU DIA PAK AYAM !” Teriak Murai memanggil Kancil.

 “Wah benar ! PAAAK AYAAAM!” Teriak Kancil yang berlari bersama Murai menghampiri pak Ayam. “Hei kalian, hendak mau kemana kalian berdua?” tegur pak Ayam pada Kancil dan Murai.

 “PAAAK AYAAAM AKU MEMIIIINTA MAAAAF…! Aku menyesal atas perbuatan ku kemarin” Murai menangis sambil memeluk pak Ayam.

“Iya pak Ayam, kami dating kesini hendak meminta maaf, dan meminta agar kau berkokok lagi setiap pagi” Kancil mencoba menjelaskan.

“Murai, Kau tak usah minta maaf , memang aku yang salah kokok ku memang tak indah” pak Ayam menunduk.

“Aku yang salah pak Ayam, aku sungguh menyesal, kokok mu membantu ku bangun pagi” Murai pun menunduk.

“Iya benar, pak Ayam, walau kokok mu sudah tak indah, tapi lantangnya kokok mu menandatakan pagi telah dating bagi para penduduk hutan” Kancil menengahi Murai dan Pak Ayam.

 Tak beberapa lama mereka saling berbicara, penduduk hutan telah ramai berkumpul di dekat Kancil, Murai, dan pak Ayam.

 “PAK AYAAAAM ! KENAPA KAU TAK BERKOKOK TADI PAGI? KAMI SEMUA MENJADI KESIANGAN HARI INI, ADA APA DENGAN KAU PAK AYAM?” ramai-ramai penduduk hutan berteriak kencang.

“Sabar-sabar, Ini bukan salah pak Ayam, tapi ini salah kita yang tak pernah berterima kasih pada pak Ayam yang selalu berkokok membangunkan kita!” Kancil membalas teriakan penduduk hutan. Seketika suasana pun hening.

 “Baiklah semua aku akan terus berkokok setiap pagi, terima kasih semua telah mengingatkan ku betapa berartinya kokok ku ini” Jawab pak Ayam yang di iringi para kegembiraan penduduk hutan. 

“Semua ini salah ku, maafkan aku, yang telah sombong” Murai masih nampak murung.

 “Tidak! Ini bukan salah mu, berkat Murai aku jadi bersemangat untuk berkokok lagi” pak Ayam menghibur Murai.

 “Taa..ppiii, aku kan yang telah membuat mu berhenti berkokok” Murai masih merasa bersalah.

 “Iya, tapi kalau kau tidak menyuruh ku berhenti berkokok, aku tak akan pernah tau seberapa berartinya kokok ku ini” . Akhirnya pak Ayam dan Murai berpelukan.


Pagi yang indah pun terjadi lagi, Angin menggoyangkan dahan-dahan di bawah kaki bukit, kegiatan penduduk hutan pun normal kembali, Nah inilah pelajaran buat kita semua, bahwa taka da yang tak berarti di dunia ini meski pun itu tidak indah.


-Sekian-


PEMERAN CERITA :
- PAK AYAM
- SI MURAI
- SI KANCIL
- SI KELINCI
- PENDUDUK HUTAN