Kamis, 24 Maret 2016

KOKOK PAK AYAM DAN KICAU SI MURAI SOMBONG

KOKOK PAK AYAM DAN KICAU SI MURAI SOMBONG

Hasil gambar untuk ANIMASI AYAM BERKOKOK
Pada suatu hari yang cerah, Matahari yang baru terbit di tengah hutan kaki bukit yang begitu indah. Hiduplah Ayam jantan yang gagah walaupun usianya nampak sudah tua.

“KUKURUYUUUUUUK….KUKURUYUUUUUUK…” Pak Ayam melantangkan suaranya yang keras sampai terdengar keseluruh isi hutan.

 “Selamat pagi pak Ayam”  Si kancil yang kebetulan melintas menyapa pak Ayam.

 “Pagi Kancil, hendak mau kemana kau hari ini?” .

 “Aku hendak berjalan-jalan saja pak Ayam, sekaligus menikmati pagi yang cerah ini” .

 Perbincangan Kancil dan pak Ayam pun berlangsung singkat si Kancil akhirnya pergi meninggalkan pak Ayam.


Pagi yang cerah di antara deretan pepohonan yang rindang. Tampak burung Murai terbang dari dahan ke dahan dan tak lupa dia berkicau. Tiba-tiba burung Murai menghentikan kicaunya yang indah itu.

 “Pasti ini ulah Ayam tua itu! Uh Kokoknya mengganggu kicau ku sajai!” Jengkel Murai yang tadi mendengar kokok dari pak Ayam.

“Aku akan protes pada Ayam tua itu, agar menghentikan kokoknya yang serak itu!” Murai pun mengepakan sayapnya dan terbang jauh untuk mencari pak Ayam.


Hutan yang rindang yang sedang dinikmati si Kacil.

,“Lalalala….~ Pagi ini cerah sekali ~   OH IYA AKU SAMPAAI LUPA!, aku kan mau memberikan pak Kera apel yang aku panen kemarin” Si Kancil yang riang pun memutar arahnya kembali, karena merasa ada yang terlupa untuk di bawa.

 Kancil berlari menelusuri tempat yang ia lewati tadi. 

“Hei Kancil ! Apa kau melihat pak Ayam?” Tiba-tiba seekor burung menyegat si Kancil.

“Oh ternyata engkau Murai, iya aku tadi bertemu pak Ayam, memang ada apa?” Jawab Kancil yang tadi sempat kaget.

“Aku ada urusan dengan pak Ayam ,Cil. Bisa kau antarkan aku?”.

“Oh tentu bisa, kebetulan tujuan kita searah”.

“Ayo Cil !”.

 Kancil dan Murai pun berjalan bersama dengan terburu-buru.



 Setelah tak berapa jauh si Kancil dan si Murai sampai ke tempat pak Ayam.

“PAK AYAAAM… PAK AYAAM!” Kancil berteriak memanggil pak Ayam.

 “Ada apa Cil?” pak Ayam pun keluar dari semak-semak.

“Ada yang datang mencari mu”.

“Siapa cil?”.

”Pak Ayam akulah yang mencari mu” tiba-tiba Tanya jawab antara Kancil dan Pak Ayam di potong oleh Murai.

“Oh rupanya engkau yang mencari ku, Hendak apa kau mencari ku Murai?”.

 Kancil yang terburu-buru memotong pembicaraan antara Pak Ayam dan Murai .

“Pak Ayam, Murai, aku izin pergi ya, aku ada urusan sedikit”.

 “Oh silahkan Cil, terima kasih telah mengantar ku” jawab Murai.

 “Yasudah, hati-hati Cil” jawab Pak Ayam. Kancil pun bergegas meninggalkan Pak Ayam dan Murai.



 Sementara Kancil terlihat menjauh, Pak Ayam dan Murai pun melanjutkan pembicaraan.

“Ada apa Murai, kau mencari ku?” Tanya pak Ayam .

 “Hei pak Ayam, suara kokok mu telah mengganggu ku!” Jawab Murai yang jengkel.

“Maafkan aku Murai kalau suara kokok ku mengganggu mu” Pak Ayam menunduk meminta maaf.

“Lebih bagus suara kicau ku dibanding suara kokok mu itu pak Ayam !” Murai menyombongkan diri.

“Iya, sekali lagi maafkan aku Murai, memang benar suara kicau mu lebih bagus di banding suara kokok ku yang telah termakan usia ini” Pak Ayam nampak mengalah.

“Baguslah ! kalau kau telah sadar diri, lebih baik kau istirahat saja Pak Ayam jangan kau berkokok lagi!” .

“Baiklah Murai jika itu jalan yang terbaik, aku akan berhenti berkokok lagi” Pak Ayam nampak semakin sedih karena baru kali ini kokoknya dianggap mengganggu makhluk lain.

“Yasudah Pak Ayam, aku pergi, Tapi awas kalau suara kokok mu masih terdengar lagi! Mungkin bukan aku saja yang protes pada mu tapi seluruh penduduk hutan ini!” Murai terdengar mengancam dan bergegas meninggalkan pak Ayam seorang diri.


 Pak Ayam nampak murung setelah dapat protes dari si Murai.

“Aku tak menyangka bahwa kokok ku telah mengganggu makhluk lain di hutan ini” Bisik dalam hati pak Ayam yang sendari tadi gelisah dan sedih.

“Hei pak Ayam !, apa yang kau lakukan?” tiba-tiba terdengar suara memanggil.

“Oh rupannya kau Kancil, apa sudah kau selesaikan urusan mu?”.

“Urusan ku sih sebenarnya belum selesai, kau kenapa nampak begitu sedih pak Ayam?” Kancil yang penasaran bertanya.

“hhmmmm… tidak apa-apa Cil, aku hanya sedang merenung saja” Pak Ayam nampak menutupi kesedihan.

 “Oh yasudah Pak Ayam, aku ada sedikit apel untuk mu, siapa tau bisa meredakan kesedihan mu pak Ayam” Ledek Kancil mencoba menghibur hati pak Ayam.

 “Terima kasih banyak Cil” Pak Ayam nampak tersenyum.

 “Yasudah pak Ayam aku pergi dulu, aku hendak mau memberikan beberapa apel kepada pak Kera”

“Yasudah Cil, engkau memang baik Cil, hati-hati di jalan Cil”.

 “Iya sama-sama pak Ayam”. Kancil pun bergegas menuju kerumah pak Kera karena hari sudah mulai panas.


Angin meniup kencang, baskara tergantikan candra, pagi pun terulang lagi. Hutan yang luas dibawah kaki bukit penuh dengan keindahan.

“Aduuuuuuh……! Aku kesiangan! Tumben sekali Pak Ayam tak membangunkan ku dengan kokoknya” Kancil yang bangun kesiangan bergegas menuju sungai untuk mandi.

“BYUUUUURRRR……..” Sungai yang jernih memecahkan air ke badan si Kancil.

“Aku harus menemui pak Ayam ! aku takut dia kenapa-kenapa!” Si Kancil merenung khawatir karena baru tumben kali ini pak Ayam tak berkokok. Akhirnya Kancil pun bergegas menuju tempat pak Ayam berada.


Pagi yang akan menjelang siang hari menyelimuti belantara indah.

“BRUUUUUKKKKK…!” Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari sebuah pohon yang berada di tengah hutan.

“ADDDUUUUHH….! SAKIIIIIIIT……!” Ternyata itu suara burung Murai yang terjatuh saat tertidur.

“ASTAGAAAAAA! JAM BERAPA INI?!” Burung Murai kaget dengan mata melotot kearah langit.

“Aku harus bergegas , untuk menjalankan aktifitas jadwal berkicau ku!”
 burung Murai bergegas ke batang pohon yang berlubang yang terdapat genangan air untuk mandi.

Burung Murai asik mencuci bulu-bulu indahnya tetapi dia terlihat terburu-buru mungkin karena dia bangun kesiangan.

“Tumbeen sekali aku kesiangan, apa mungkin aku kelelahan kemarin?” burung Murai bertanya pada diri sendiri.

“Ah yasudahlah aku bergegas saja mencari makan dan berkicau!” Akhirnya burung Murai terbang meninggalkan tempat dia mandi.


Si Kancil nampak sudah terlihat segar karena sudah mandi.

“Aku harus menemui pak ayam !” Kancil berkata dalam hati sambil melangkahkan kakinya dengan cepat.

“Hei Kancil !” ada suara yang memanggil.

“Oh rupanya engkau Kelinci, ada apa?” jawab Kancil yang mengetahui ada si Kelinci .

“Apa kau melihat pak Ayam Cil?” .

“WAH! Aku juga hendak mencari pak Ayam , memang ada urusan apa kau?”.

“Begini Cil aku tadi bangun kesiangan karena pak Ayam tak berkokok, jadinya aku lupa menyiram wortel-wortel ku tadi pagi, makanya aku mau protes sama pak Ayam , Cil”.

 “Oh begitu , aku juga kesiangan, ayo kita cari pak Ayam.”


Dahan yang bergoyang karena lompatan burung Murai yang sedang berkicau.

“Wah ada apa nih? Kenapa penduduk hutan berbondong –bondong berjalan bersama” Murai yang sedang melompati dahan-dahan terkejut melihat penduduk hutan .

“HEI SEMUA! Kalian hendak kemana beramai-ramai begini?” Tanya Murai bertanya pada penduduk hutan.

“Kami hendak mencari pak Ayam ! Karena pak Ayam tak berkokok kami jadi kesiangan!”.

“Oh begitu, yasudah lanjutkan perjalanan sana!” Murai pun bergegas pergi.

“Jika benar aku kesiangan karena pak Ayam tak berkokok, berarti ini semua salah ku” Murai nampak cemas dan bersalah karena ulahnya banyak yang dirugikan termasuk diri Murai sendiri.


Matahari hampir duduk di atas kepala.

“Kancilllll ! Tungguuuu!” Tiba-tiba si Murai berteriak setelah melihat Kancil sedang berjalan bersama Kelinci.

“Pagi Murai, Ada apa Murai ? pagi begini kau telah menghentikan langkah ku” .

 “Be..beee..beginii Cil, Ini gawwaaat ! aku mau minta bantuan mu Cil?” Murai yang tampak tegang meminta bantuan Kancil.

 “Bantuan untuk apa Murai?” .

 “Aku mau ngomong empat mata Cil sama kamu”.

“Yasudah, maaf Kelinci sebaiknya aku membantu Murai dulu, jadi kau bisa lanjutkan perjalanan sendiri” Kancil memberi saran agar Kelinci melanjutkan perjalanan.

 “Okey Cil, tidak apa-apa kok, aku tinggal ya Cil,Rai”  Jawab Kelinci yang segera meninggalkan Murai dan Kancil.


 Si Kancil dan si Murai melanjutkan perbincangan mereka.

“Sebenarnya ada masalah apa kau Murai?” Kancil penasaran dengan masalah Murai.

 “hmmm… begini Cil apa kau tadi bangun kesiangan?”.

 “Iya benar! Bagaimana kau bisa tau, Murai?”.

 “Apa karena pak Ayam tak berkokok tadi pagi?” Murai mulai menunduk karena merasa bersalah.

"Iya benar sekali, aku dan Kelinci tadi juga hendak mencari pak Ayam , kami hendak menanyakan ada apa dengan pak Ayam?” .

”CIIIIIILLL…. MAAFKAN AKUUU! Semua ini gara-gara aku Cil, menyuruh pak Ayam untuk berhenti berkokok Cil” Murai mulai menangis karena bersalahnya.

“Kenapa kau begitu tega Murai?”.

“Maafkan aku Cil, aku pikir kokok pak Ayam itu mengganggu, tapi aku sungguh menyesalinya Cil, sungguuuh!” Murai nampak semakin sedih.

 “Yasudah kau jangan sedih, sedih tak akan menyelesaikan masalah, ayo kita cari pak Ayam dan meminta maaf pada pak Ayam” Kancil memberikan semangat pada Murai.

 “Ayo, Cil kita harus menemukan pak Ayam!”. Murai dan Kancil pun bergegas mencari pak Ayam.


Siang hari telah menjelang di hutan yang indah itu, Tampak si Kancil dan si Murai kelelahan, karena baskara semakin panas.

“Cil ! ITU DIA PAK AYAM !” Teriak Murai memanggil Kancil.

 “Wah benar ! PAAAK AYAAAM!” Teriak Kancil yang berlari bersama Murai menghampiri pak Ayam. “Hei kalian, hendak mau kemana kalian berdua?” tegur pak Ayam pada Kancil dan Murai.

 “PAAAK AYAAAM AKU MEMIIIINTA MAAAAF…! Aku menyesal atas perbuatan ku kemarin” Murai menangis sambil memeluk pak Ayam.

“Iya pak Ayam, kami dating kesini hendak meminta maaf, dan meminta agar kau berkokok lagi setiap pagi” Kancil mencoba menjelaskan.

“Murai, Kau tak usah minta maaf , memang aku yang salah kokok ku memang tak indah” pak Ayam menunduk.

“Aku yang salah pak Ayam, aku sungguh menyesal, kokok mu membantu ku bangun pagi” Murai pun menunduk.

“Iya benar, pak Ayam, walau kokok mu sudah tak indah, tapi lantangnya kokok mu menandatakan pagi telah dating bagi para penduduk hutan” Kancil menengahi Murai dan Pak Ayam.

 Tak beberapa lama mereka saling berbicara, penduduk hutan telah ramai berkumpul di dekat Kancil, Murai, dan pak Ayam.

 “PAK AYAAAAM ! KENAPA KAU TAK BERKOKOK TADI PAGI? KAMI SEMUA MENJADI KESIANGAN HARI INI, ADA APA DENGAN KAU PAK AYAM?” ramai-ramai penduduk hutan berteriak kencang.

“Sabar-sabar, Ini bukan salah pak Ayam, tapi ini salah kita yang tak pernah berterima kasih pada pak Ayam yang selalu berkokok membangunkan kita!” Kancil membalas teriakan penduduk hutan. Seketika suasana pun hening.

 “Baiklah semua aku akan terus berkokok setiap pagi, terima kasih semua telah mengingatkan ku betapa berartinya kokok ku ini” Jawab pak Ayam yang di iringi para kegembiraan penduduk hutan. 

“Semua ini salah ku, maafkan aku, yang telah sombong” Murai masih nampak murung.

 “Tidak! Ini bukan salah mu, berkat Murai aku jadi bersemangat untuk berkokok lagi” pak Ayam menghibur Murai.

 “Taa..ppiii, aku kan yang telah membuat mu berhenti berkokok” Murai masih merasa bersalah.

 “Iya, tapi kalau kau tidak menyuruh ku berhenti berkokok, aku tak akan pernah tau seberapa berartinya kokok ku ini” . Akhirnya pak Ayam dan Murai berpelukan.


Pagi yang indah pun terjadi lagi, Angin menggoyangkan dahan-dahan di bawah kaki bukit, kegiatan penduduk hutan pun normal kembali, Nah inilah pelajaran buat kita semua, bahwa taka da yang tak berarti di dunia ini meski pun itu tidak indah.


-Sekian-


PEMERAN CERITA :
- PAK AYAM
- SI MURAI
- SI KANCIL
- SI KELINCI
- PENDUDUK HUTAN

2 komentar:

  1. agen sabung ayam bangkok live terbesar!
    Taruhan Sabung Ayam S128 - SV388 - CFT2288 (KUNGFU)
    Bonus New Member 10% / Cashback 5% - 10%
    Yuk Gabung Bersama Bolavita Raih Kemenangan Anda Sekarang Juga 100% Tanpa Bot
    Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
    WA: +628122222995

    BalasHapus