KERBAU LUGU & BUAYA YANG LICIK.
Pada
suatu pagi yang cerah, sejuk dan hangat menyelimuti hutan di kaki bukit yang
indah, di aliran sungai yang jernih terbiaskan oleh cahaya matahari.
“BRRRRRUUUUUUUKKKKK…!!!” Tiba-tiba
terdengar suara keras dari pinggir sungai yang melintasi hutan.
“ADUUUUUUUUH….! TOLOOOOOOOONG
….!” Ternyata si Buaya yang sedang asik berjemur di pinggir sungai, tertimpah
batang pohon yang begitu besar.
“HU..UUUU…HUUU..UUU TOLONG AKU” si Buaya
merengek menahan sakit.
Sungai
jernih sangat bermanfaat bagi seluruh kehidupan, banyak yang mengambil air
sungai yang jernih itu untuk minum.
“AAAAAAAAH…. SEGAAAAAAAR” si
Kerbau merasa dahaganya hilang setelah meminum air sungai itu.
“TOLOOOOONG….
TOLOOOOOONG AKU!” si Kerbau yang hendak pergi setelah minum air sungai itu
tiba-tiba terkejut setelah mendengar terikan minta tolong.
Si Kerbau bergegas menyelusuri
pinggir sungai dimana tempat suara itu berasal.
“KERRRBAAAU AKUUU DISINIII,
TOLONG AKUUUUUUUU KERBAAAAUU!” si Buaya melihat Si kerbau, bergegas si Buaya
meminta bantuan pada si Kerbau.
“Apa yang kau lakukan Buaya?” si Kerbau
kebingungan setelah melihat si Buaya yang di punggungnya tertimpah batang kayu
yang besar.
“JANGAAAN KEBANYAKAAN NANYAA…! CEPAAAAAT KAU
BANTU AKU….!” Si Buaya membentak si Kerbau.
“Aku tidak mau!” si Kerbau nampak
kesal.
“Kerbau yang baik, tolong bantu
aku, tadi aku sedang berjemur disini tiba-tiba batang pohon menimpah ku” si
Buaya merayu si Kerbau.
“Kenapa batang pohon itu mau menimpah kau
buaya?” si Kerbau bertanya dengan pertanyaan bodoh.
“IHH DASAR KERBAU BODOH!” bisik
dalam hati si Buaya.
“Mungkin aku tidak boleh berjemur
di sini oleh pohon di pinggir sungai ini” si Buaya mencoba membodohi si Kerbau.
“DASAAR POHON SERAAKAAH !” si Kerbau berteriak
dengan bodoh.
“Yasudah cepat kau bantu aku, angkat kayu yang
menimpah ku” si Buaya nampak begitu
menahan sakit.
“HMMMM…. Tapi nanti kalau aku membantu mu, apa
kau akan memakan ku?” si Kerbau dengan lugu bertanya.
“TIDAAAK AKAN! ADUUH… CEPAT BANTU
AKU…. AKU MERASA SAKITT!” si Buaya
sudah tak tahan lagi.
Akhirnya si Kerbau tak
tega dengan keadaan si Buaya. Si kerbau pun mulai membantu si Buaya.
Akhirnya
kayu besar yang menimpah si Buaya mulai diangkat si Kerbau dengan tanduknya.
“SATUUU….! DUA….! TIGAA….! AHHH…”
hitungan si Kerbau.
“Akhirnya kayu ini terangkat
juga” dengan perasaan lelah dan senang akhirnya si Kerbau menaruh kayu besar
itu di samping si Buaya.
“Terima kasih Kerbau, kalau tidak
ada kau aku mungkin bisa terbujur kaku” si Buaya nampak senang.
“Iya sama-sama
Buaya, aku hendak pergi dulu ya” si Kerbau pamit pergi .
“Tunggu dulu Kerbau, aku ingin mencium kaki mu
sebagai ucapan terima kasih” tiba-tiba Buaya menghalangi si Kerbau yang hendak
pergi.
“Baiklah, kalau mau kau begitu
Buaya” si Kerbau pun menyodorkan kakinya ke si Buaya.
“HAAAAT….! Bodoh sekali kau Kerbau, aku akan
memakan daging mu yang lezat ini” Tiba-tiba si Buaya menggigit kaki si Kerbau.
“TOLOOOOONG LEPASKAN AKU BUAYA!...
UUUH..UUU..UUUHH” si Kerbau meminta si Buaya melepaskan cengkraman mulutnya di
kaki Kerbau.
Kerbau nampak ketakutan dan si Buaya nampak
begitu ingin makan.
Matahari
semakin panas, di pinggir sungai yang jernih terlihat si Kancil sedang
berjalan.
“Uhhh… sejuk sekali disini” si Kancil meminum air sungai yang jernih.
“AHHHHH…. Segaar” seusai si
Kancil menenggak minum.
Tiba-tiba saja si Kancil melihat
sesuatu di pinggir sungai dari kejauhan.
“Bukankah itu si Kerbau ? sedang apa dia?
Lebih baik aku kesana!” si Kancil binggung setelah melihat si Kerbau yang
nampak aneh di pinggir sungai.
Kancil bergegas kearah si Kerbau.
Si
Buaya enggan melepaskan kaki si Kerbau.
“Jangan seret aku ke dalam sungai
Buaya! Tolong lepaskan aku! Huu..uu..uuh” si Kerbau merengek ketakutan karena
dia akan menjadi santapan si Buaya.
“AYOO ! PASRAAH SAJA KAU KERBAU
BODOH ! INILAH HUKUM RIMBA !” si Buaya menyeret si Kerbau untuk turun ke dalam
sungai.
“TUNGGGGGUUUUU !” tiba-tiba ada teriakan yang
mengarah ke Kerbau dan Buaya.
“Hei Buaya ,mau kau apakan si Kerbau ?”
ternyata suara itu tak lain adalah suara si Kancil.
“Ini bukan urusan mu ! Aku hendak memakan si
Kerbau” Si Buaya berteriak.
Si Kancil bingung, si Kancil
kasihan sama si Kerbau tetapi dia juga kasihan kepada si Buaya karena terlihat
lapar.
“Cill ! tolong aku ! tadi Buaya berjanji
tak memakan ku tapi dia telah ingkar cil” si Kerbau meminta bantuan Kancil.
“Memang bagaimana ceritanya?” si
Kancil meminta di jelaskan.
“Tadi aku melihat Buaya tertimpah
dahan kayu besar, dia lalu meminta bantuan ku, tapi dia berjanji tak akan memakan
ku, tapi setelah ku bantu dia malah ingin memakan ku” si Kerbau menjelaskan itu
pada si Kancil.
“Benar begitu Buaya?” si Kancil
minta penjelasan dari si Buaya.
“Iya benar Cil ! Tapi ini kan
memang hukum alam Cil, aku kan pemakan daging” si Buaya ikut menjelaskan.
“Yasudah coba kita ulang lagi
kejadian tadi agar aku lebih mengerti” si Kancil mencoba di jelaskan dengan
kejadian ulang.
“Baik Cil, aku akan peragakan ulang kejadian”
si Buaya melepaskan kaki si Kerbau dari cengkraman.
“Begini Cil kejadiannya,
cepat kau taruh kayu besar itu di punggung ku Kerbau!” si Buaya menjelaskan
kejadian ulang.
“BRRRRUUUUKK…” kayu besar pun
menimpah si Buaya untuk kedua kalinya.
Setelah
dengan posisi kayu menimpah punggung si Buaya , si Buaya dan si Kerbau pun menceritakan
kejadian kronologisnya.
“Benar begini Kerbau?” Tanya
Kancil kepada Kerbau.
“Benar Cil” jawab Kerbau.
“Yasudah, ayo kita tinggalkan
saja si Buaya disini” si Kancil mengajak si Kerbau untuk meninggalkan si Buaya.
“HEIII ! JANGAN KURANG AJAR KALIAN
! CEPAT BANTU AKU !” si Buaya nampak kesal karena ulah si Kancil.
“Hei Buaya! , kalau kau hendak
mencari makan, kau harus usaha dulu, jangan hanya bisa membohongi” si Kancil
berkata dengan tenang.
“Tadi aku juga sudah berusaha
Cil!” si Buaya membela diri.
“Tapi kau tidak tau rasa terima kasih karena
Kerbau telah membantu mu!” si Kancil dan si Kerbau pun berjalan menjauh dari
Buaya.
“TUNGGGGGGGUUUUU ! AKU MINTAAAA
MAAAF ! TOLONG LEPASSSKAN AKUUU!” si Buaya berteriak kepada si Kancil dan si
Kerbau yang hendak meninggalkannya.
Karena si Kancil dan si Kerbau tak tega
terhadap si Buaya, akhirnya mereka pun kembali untuk menolong si Buaya.
“Tapi kau harus berjanji dulu Buaya, kau tidak
boleh licik lagi” si Kancil menyuruh si Buaya untuk tidak licik lagi.
“Baiik, aku berjanji” si Buaya
pun berjanji.
Si Kerbau memindahkan batang
dahan yang besar dari punggung si Buaya.
“Maafkan aku Kerbau, aku tak tau
rasa terima kasih” si Buaya merengek meminta maaf.
“Ya ,sudah aku maafkan” si Kerbau tersenyum.
“Terima kasih untuk kalian berdua yang telah
membantu ku” si Buaya mengucapkan terima kasih.
“Iya sama-sama Buaya, kau harus
selalu ingat janji mu, karena Tuhan selalu benci pada orang yang ingkar janji”
si Kancil mengingatkan si Buaya.
“Baik cil, untuk kalian kalau
mengambil minum di air sungai ini kalian pasti aman, itu balasan untuk
kalian.”si Buaya membalas jasa si Kancil
dan si Kerbau.
“Yasudah, kami hendak meninggal
kan kau Buaya” si Kancil pamit.
“Yasudah, hati-hati ya” si Buaya pun menyebur
ke sungai yang jernih.
Untuk itu kita
jangan menjadi licik dan ingkar janji, karena tuhan maha tau dan membenci orang
licik dan ingkar. Jangan lah kita menjadi bodoh seperti kerbau yang mau saja
memberikan kakinya pada si Buaya. Itulah makna yang terkandung dari cerita di
atas.
~TAMAT~
PEMERAN DALAM CERITA :
-SI BUAYA
-SI KERBAU
-SI KANCIL